Dila Yang terluka Karya Rhanie.J

 Dila Yang terluka

Karya Rhanie.J

Malam itu, gemerlap bintang di langit menemani Dila di teras. Sambil menikmati secangkir teh hangat dan roti cokelat dia menatap langit langit dengan penuh tanda tanya.

Dila anak tunggal. Kedua orang tuanya bekerja sebagai karyawan swasta. Dila kini berusia 14 tahun dan tahun ini adalah tahun terpuruknya.

Malam hening tadi berubah menjadi bencana. Kedua orang tuanya saling teriak, berkata kasar dan tidak ada lagi ada etika cek cok di depan anak semata wayangnya itu.

Dila yang saat itu sedang bersantai tiba tiba terperanjat bangun dari kursinya dan menangis.

"Hentikan, hentikan. Apa yang ibu ayah lakukan" Kata dila sambil menangis

Seakan perkataan anaknya itu tak ada arti, ibu dan ayahnya tak peduli dan masih saja saling mencaci maki.

"Dasar tak bersyukur, aku berikan segalanya untuk kalian. Tapi kau kecewakan" Teriak ayahnya

"Mana cukup, mana..mana. Kau pikir uang segitu cukup untuk makan sehari hari" Teriak si ibu

"Aku telah bekerja keras, jika hanya itu yang ku berikan bearti syukuri saja. Jika kau meminta lebih, aku tak mampu. Aku hanya bertanggung jawab sebagai kepala keluarga dan tak ingin mengecewakan kalian. Tapi inilah kondisiku, jangan melihat kondisi orang kaya, lihat lah masih ada yang lebih di bawah kita" Jawab ayahnya

"Ah dasar kau tak becus dalam mencari nafkah. Masih saja ku bantu jadi keenakan" Gumam ibunya

Ayah dila hanya bisa terdiam mengabaikan segala ucapan ibunya.

Keesokan harinya dila tak mau sekolah, dia terus saja bersedih. Sosok ayah ibu yang jadi panutan pekerja keras berubah menjadi bencana menghujam pisau di jantungnya dengan kata kata makian mereka. 

Dila yang tak tahu harus bagaimana akhirnya menyerah dan malu untuk ke sekolah.

"Ayo ke sekolah ibu antar, ayah tak lagi bisa mengantarmu" Kata ibunya

"Kenapa?" Kata dila

"Dia telah pergi meninggalkan kita, dia tak sayang padamu!"

Dila yang Mendengarkan kata kata itu merasakan perih di hatinya. Sosok ayahnya kini pergi tak berpamitan padanya. 

Dila menjadi murung sambil menuju kelasnya. Dia duduk dengan sunyi tanpa sepatah kata pun.

"Kenapa dila? Kata Lusi

Dila langsung menangis tersedu sedu.

Lusi kebingungan dan memeluk dila dengan erat seakan memahami teman akrabnya itu.

Hari berganti hari, waktu mulai berjalan.

Tibalah saat terpuruk, ibunya bercerai dengan ayahnya. Hak asuh dila ada ditangan ibunya. Walaupun ayahnya boleh bertemu tetapi dila merasa dia telah kecewa dengan kedua orangtuanya.

"Kenapa kenapa harus bercerai" Gumamnya

Dila yang dulu sosok ceria kini mulai murung dan jarang berkomunikasi. Dia sadar bahwa dia tak bisa mengubah keadaan gelas yang sudah pecah untuk utuh kembali menjadi gelas baru. 

Kini dia hidup sebagai anak yang tak punya ambisius, penuh trauma dan tak lagi ceria seperti dulu.