Cerpen Kesempatan Terakhir 4
Indah duduk di sofa, menatap ke luar jendela dengan mata yang kosong. Dia masih merasakan kegelisahan di hatinya, seperti badai yang belum reda. Meskipun Dion telah berubah, telah berusaha untuk menjadi suami yang baik, Indah masih sering mengungkit kesalahan-kesalahan suaminya di masa lalu.
Dia tidak bisa melupakan saat-saat ketika Dion berjudi, keluar malam, tidak pulang ke rumah, malas kerja, minum alkohol, dan tidak mau membantu dia saat dibutuhkan. Luka-luka itu masih terasa sakit, seperti luka yang belum sembuh.
Indah tidak takut menjadi janda beranak satu. Yang utama baginya adalah hatinya belum utuh milik Dion. Dia merasa bahwa dia masih memiliki jarak dengan suaminya, seperti dinding yang belum bisa ditembus.
"Apakah aku harus terus menerus memikirkan kesalahanmu?" Indah bertanya pada dirinya sendiri. "Apakah aku harus terus menerus merasakan sakit hati?"
Tiba-tiba, ucapan "cerai" terbesit di benaknya. Indah tidak tahu apakah dia benar-benar ingin bercerai, tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menerus hidup dalam ketidakpastian.
Indah belajar memaafkan, tapi tidak bisa melupakan. Dia tahu bahwa memaafkan tidak berarti melupakan, tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa terus menerus hidup dalam bayang-bayang kesalahan suaminya.
Dia berharap bahwa suatu hari nanti, dia bisa memaafkan dan melupakan sepenuhnya, tapi untuk sekarang, dia masih perlu waktu untuk memulihkan luka-lukanya. Indah tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tapi dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan yang tepat untuk dirinya dan anaknya.
Komentar